Monday, November 27, 2006

Cinta

Cinta adalah senantiasa sabar dan baik hati
Ia tak pernah cemburu
Cinta tak pernah sombong
Ia tak pernah kasar dan pentingkan diri sendiri
Ia tak membalas dan tak membenci

Cinta selalu mengampuni, percaya dan berharap
Bahwa dalam satu musim yang sempurna
Lebih banyak kasih sayang yang akan kita miliki
Dalam satu kepercayaan yang teguh

Setiap waktu yang berlalu
Kenanganmu selalu terbawa olehku
Selamanya...

Mungkin…
Tuhan ada satu pilihan yang lebih besar
Daripada pilihanku sendiri
Seperti perjalanan yang tidak pernah berakhir
Seperti kau yang pernah diantar padaku
Untuk membantuku
Melalui semua hal di dunia ini

Maaf,
Kalau kau tak pernah menerima keajaiban
Seperti yang kau ajarkan tentang
Hidup, harapan…
Dan perjalanan jauh ke depan

Aku akan senantiasa merindukanmu
Karena cinta seperti angin
Tak terlihat…
Tapi aku dapat merasakannya…

*mysis*

Saturday, November 25, 2006

Rindu

Suatu senja, memandang ke langit kemerahan saat matahari mulai tenggelam.
Ada rasa damai di hati, bertiup angin yang menyejukan jiwa dan ragaku. Kulihat burung-burung melintas kembali ke sarang.

Daun-daun pepohonan melambai ditemani bunga-bunga dengan banyak warna menari-nari bermain dengan angin. Dari sini kulihat di kejauhan, lembah hijau yang mulai samar karena senja.

Rasa di hati, mengganggu damai yang kurasa. Pikiranku melayang padamu. Aku merindukanmu. Teringat kembali semua tentangmu. Jejak yang kau tinggalkan masih teramat dalam membengkas di hati.

Caramu tersenyum, caramu memandang. Betapa aku menyayangimu. Setiap kali masih tetap terasa debar itu di hati. Sepi jiwa kurasa saat kau pergi. Entah sampai kapan semua rasa dan rindu ini akan hilang.

Tanpa sengaja kenangan-kenangan bersamamu tersimpan dalam hati. Terkubur dalam dasar hati yang terdalam.
Hangatnya kasihmu masih dapat kurasa, sepertinya kau masih disisiku, andai saja. Namun kau tetap saja kusayang dan kurindu.

Kenangan, hanya itu yang masih tersisa darimu. Itu akan menjadi nafas bagiku, tak terlihat tapi dapat kurasa.
Aku masih menyayangmu dengan lautan kerinduan yang tak bertepi..

Thursday, November 23, 2006

Kuning telur

Ada orang yang mengatakan bahwa jika kita mau makan telur tanpa memilih putihnya saja atau kuningnya saja, itu artinya kita sayang pada kedua orang tua kita. Aku jadi teringat pada seorang sahabat yang dulu pernah dekat denganku.
Dulu waktu SMA, aku mempunyai seorang teman, adik kelas yang sudah seperti saudara,dia satu kos denganku. Setiap hari selalu bersama, berangkat ke sekolah setiap pagi dan pulang sekolah lalu pergi makan pun pasti selalu bersama., kapanpun dan dimanapun kalau ada aku pasti ada dia, kalau ada dia pasti ada aku. Bahkan kalau dipikir-pikir rugi bayar uang kos untuk dua kamar karena kami hanya tidur di satu kamar saja.

Ada satu hal yang sangat aku ingat, setiap makan dengan telur. Dia tidak suka makan kuning telur dan aku yang makan kuning telurnya. Ketidaksukaan dia makan kuning telur itu ada sebabnya. Karena dia tidak menyayangi mamanya, dia menganggap mamanya sebagai orang yang bersalah dan menyebabkan hidupnya terlunta-lunta.
Saat dia kecil, dia sering melihat mamanya membawa lelaki ke rumah di saat papanya pergi bekerja. Ketika itu diketahui papanya, itulah awal dari semua pertengkaran antara kedua orangtuanya. Dari pertengkaran itu, dia mendengar bahwa mamanya main gila dengan lelaki lain karena papanya tidak bisa memberi materi yang lebih.
Lalu terjadi perceraian orangtuanya, dimana dia dan kakaknya adalah korban dari kejadian ini. Semenjak itu, tidak ada lagi rumah bagi mereka.

Sehingga kos menjadi rumahnya dan teman-teman kos menjadi keluarganya. Neneknya yang tinggal bersama pamannya masih harus bekerja membiayai sekolah dia dan kakaknya. Sedangkan kakak lelaki yang harusnya bisa menjadi sandarannya tidak dapat diharapkan sama sekali.
Orangtua, papa & mamanya, masing-masing sibuk dengan kehidupan mereka yang baru dan tidak mengganggap dia & kakaknya pernah terlahir ke dunia. Kakak yang dia sayang ikut hancur dan tenggelam dengan obat-obatan dan minuman keras.Aku hanya bisa mendengar cerita-cerita sedihnya tanpa bisa berbuat apa-apa.
Aku masih ingat setiap aku mau pulang ke rumah dan di jemput mama di hari sabtu setelah pulang sekolah.Pasti dengan mata berkaca-kaca dan hampir menangis dia mengantarkanku ke pintu depan, sambil berkata : “harusnya cicik nga pulang, Ika pasti kesepian kalo nga ada cicik”
Aku hanya bisa berkata : “ya uda.. Ika ikut cicik aja.., pulang ke rumah cicik dan anggap aja mama & papa cicik adalah mama & papa Ika juga, ikut yuk..!”

Tapi dia menolaknya dengan alasan nga nyaman kalo menganggu liburanku di akhir minggu untuk pulang ke rumah. Sepanjang jalan pulang, aku jadi nga tega apalagi mengingat matanya yan selalu berkaca-kaca dan dia tetap berdiri di depan pintu gerbang untuk mengantarkan aku sampai mobilku hilang tak terlihat lagi di belokan jalan.

Saat senin pagi aku bertemu dengannya lagi di sekolah, dia senang sekali dan menyambutku, “cicik..cicik…akhirnya Ika ketemu lagi sama cicik”, sambil memelukku, dia benar-benar manja seperti adikku.

Pada akhirnya, untuk meneruskan pendidikanku ke universitas, kita berpisah dan hanya bisa berhubungan melalui telpon. Melalui telpon, kudengar suaranya amat sedih saat menceritakan bahwa setelah papamu menikah lagi dan memiliki dua orang anak, kau tidak diterima oleh mereka.
Tidak ada “tempat” yang diberikan padamu dalam “rumah papamu sendiri”, dan ibu yang hanya mencarimu saat dia mengalami kesusahan, ibu yang melahirkanmu tapi tidak bertanggung jawab untuk membesarkan, mendidik dan menemanimu sampai usia dewasamu, yang kini ada dibalik terali besi karena modal untuk berbisnis dibawa lari temannya tapi menggunakan nama mamanya dan kemudian ditinggalkan oleh lelaki yang tinggal bersamanya tanpa status yang jelas.

Setelah beberapa waktu berlalu dan dia masuk ke universitas yan berbeda walaupun ada dalam satu kota, hubungan kami tanpa sengaja merenggang karena kesibukan masing-masing. Bahkan kadang kala karena banyaknya tugas dan kegiatan di kampus, aku tidak bisa untuk selalu meluangkan waktu untuknya.
Dia semakin menuntutku, mengatakan bahwa aku telah banyak berubah padanya. Tidak memperhatikannya lagi karena mempunyai teman-teman baru dan melupakannya, yang menurutnya pasti sangat merepotkan diriku. Dan akhirnya dia tidak mau mengucapkan sepatah kata pun lagi padaku, untuk kesalahpaham dan tidak mau mengertinya dia terhadapku.

Tapi dari itu semua, aku tahu bahwa dia memiliki luka yang hanya bisa disembuhkanNya, bahkan aku lebih beruntung karena memiliki papa & mama, adik dan 'home'.
Mengapa jalan hidupmu dan keluargamu seperti itu, aku tahu dengan pasti dia tidaklah pantas menerima semua akibat dari perceraian orang tuanya.
"Aku tahu terkadang kau merasa bahwa kau adalah salah satu orang yang tidak beruntung untuk merasakan kebahagiaan dan dalam penglihatanmu semua teman-teman yang mempunyai “rumah” untuk pulang adalah khayalan dan bahkan menjadi mimpimu yang terbesar untuk memiliki keluarga yang utuh"

"Dan, sampai sekarang kau masih saja membisu terhadapku. Aku bukannya sengaja.Maaf karena aku tidak bisa menjadi teman yan baik bagimu. Aku hanya bisa berdoa untukmu dan berharap kau bahagia dalam menjalani hidupmu"

*Seorang sahabat memberi kasih setiap waktu & menjadi saudara di dalam kesukaran.

Wednesday, November 15, 2006

Besok


Pada akhirnya satu kata telah hilang, langkah terakhir telah hilang
Aku kira cinta bukan untuk kita, tiap hari sangat sulit,
Seperti mau mati saja
Hatiku tidak bisa tenang, bahkan untuk satu hari saja
Tak sekalipun aku berhenti merindukan

Dapatkah kau melihat air mataku?
Dapatkah kau mendengar isakkanku?
Tak peduli berapa lama aku merasakannya
Kapankah kau kembali padaku?

Besok… akankah hatiku menggapaimu?
Kata-kata yang belum terucapkan, kata-kata yang dituliskan hatiku
Dan dikirimkan padamu, bahwa aku mencintamu
Datanglah padaku…
Aku yakin suatu hari kau akan berbalik padaku

Besok …
Seandainya kau datang ke sisiku
Walaupun air mata mengalir karena sepi,
Isakkan yang timbul karena merindukanmu
asalkan suatu hari nanti kau akan berbalik padaku
Dan menyadari cintaku padamu
Jika bukan besok..
Lusa pun tak apa…

Tuesday, November 14, 2006

Waktu

Untuk beberapa waktu, setiap detik dalam hidup yang kulewati masih teramat sulit dan masih terasa sesak. Masih tidak ada yang berubah dari diri ini. Saat kukatakan akan membuang diriku sendiri supaya aku tetap hidup dan mengecap damai, tidak semudah itu melakukannya, masih terlalu seringnya aku mengikuti diriku. Dan ku tahu, sepanjang itulah aku akan tetap tidak bahagia. Tapi ada hal-hal yang menguatkanku, rencana-rencana yang kubuat untuk masa mendatang, bersama orang-orang yang ku sayang. Walaupun kalian tetap saja tidak tahu bahwa kalian telah menggores luka di hati ku, rasa sakit itulah yang masih terbawa hingga kini dan membuatku tidak bahagia.
Dan aku tahu Kau menyertaiku selalu...rencana-rencanaMu untuk diriku mulai Kau jalankan...terimakasih. Aku menunggu dalam ketidaksempurnaanku, menerima kehidupan dan kebahagiaan dari Mu ...selalu...

with my love..

Monday, November 06, 2006

Aku, mereka & dunia

Sesak yang pernah aku rasakan kembali lagi. Orang-orang yang kusayangi tanpa mereka ketahui sedikit demi sedikit membuatku sedih, mengoyak hatiku. Aku lelah sekali, lelah…

Mengapa tidak pernah ada yang memikirkan apa yang aku rasa, bagaimana hatiku. Apa aku adalah patung yang tidak punya perasaan, sedemikian tidak berharga, yang tidak perlu diperhitungkan untuk apa yang aku rasa.

Setiap kali melihat bayangan diri di dalam cermin. Siapakah bayangan asing yang ada di dalam cermin ini? siapa? Aku tidak mengenalnya, tapi teramat mengasihaninya. Hanya guratan kesedihan saja yang tergambar di wajahnya. Dia sudah terlampau banyak meneteskan air mata hanya untuk mendapatkan sedikit saja kelegaan hati untuk waktu yang tidak lama. Dengan mata pedih dan bayangan gelap melingkar di bawahnya, dia suka mengharapkan damai dan kebahagiaan, seandainya dunia ini memberikan damai yang sejati padaku.

Hari-hari hanya terus menambah sedih yang kurasa, semakin melarutkanku didalamnya, tapi kuterima dan bertahan semampuku. Jangan membuatku semakin membenci diri yang rapuh ini. Yang hanya bisa mengasihani diri, karena membiarkan mereka masuk dan menyakiti hatiku. Memberi mereka ruang untuk ikut memberi warna dalam hidupku, warna kelabu.

Gelap malam semakin membuatku sesak, hingga jiwa tidak dapat bernafas. Aku ingin membagi semua kesedihanku, tapi kau tidak ada lagi di sana. Aku menangis, berteriak dalam kesedihan hatiku, mencari sedikit saja cahaya, sambil melihat terangnya, aku akan bercerita tentang semua kegalauan dalam hati. Melepaskan semua lelahku. Membuat dunia ini berhenti berputar untukku pada detik-detik ini saja, waktu yang membuatku lega dengan seorang teman disampingku., walau hanya sesaat tapi ingin sekali kurasa…
Beri aku ruang untuk bernafas lega, sebentar saja..

Dunia, dunia ini tidak memberiku ruang untuk damai, tidak juga kau. Jangan paksa aku lagi untuk menjadi kokoh, setegar batu karang yang harus kuat untuk diterjang ombak dan badai. Aku tidak mampu. Teruslah koyak aku, kau , kalian dan dunia. Hancurkanlah aku, dan walau patut dikasihi sekalipun, namun aku akan tetap ada, tetap hidup dalam bentuk serpihan kehidupan terkecil sekalipun.

Aku menunggu, dalam serpihan kehidupanku, aku bisa berhenti dalam kesendirian, bersandar padanya, tidak akan sendiri lagi dalam lelah dan dalam rindangnya dedaunan dapat kurasakan keteduhan kasih, dan dalam sinar matahari dapat kurasakan kehangatan cinta itu walau tidak dapat kulihat namun mampu memberiku kehidupan seperti udara yang ku hirup.

Lihatlah jiwa yang terkoyak ini, selalu sendiri. Tidak ada siapapun disini. Hanya ada aku. Diriku sendiri dalam dunia yang sempit ini.Tapi aku tetaplah aku dengan diriku ini, dengan banyak serpihan semu lain yang penuh kepura-puraan di dunia ini.
Dan hari akan terus berlalu, terus mempersempit waktu.
*